Sabtu, 04 September 2010

HEMOFILIA

HEMOFILIA


Definisi

Hemofilia adalah kelainan perdarahan akibat kurangnya produksi salah satu factor pembekuan darah dalam tubuh. Penyakit ini menyebabkan tubuh penderita tidak mampu menghentikan perdarahan apabila penderita terluka dan mengalami perdarahan. Keadaan ini dapat menimbulkan kecacatan fisik penderita dan berujung pada kematian apabila tidak atau terlambat ditangani.




Penyebab Hemofilia

Hemofilia merupakan kelainan bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh kromosom X. Wanita berperan sebagai pembawa ( carrier ) sifat hemofilia yang diturunkan kepada anak lelakinya. Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa. Tetapi kebanyakan kasus hemofilia terjadi pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat ( carrier ) . Hal ini sangat jarang terjadi.

Selama ini banyak anggapan bahwa kelainan perdarahan hanya dialami laki-laki saja ( hemofilia ). Pada kenyataannya ada jenis-jenis kelainan perdarahan selain hemofilia yang dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan, seperti penyakit Von Willebrand, tromopati ( gangguan fungsi trombosit ) dan kekurangan factor-faktor pembekuan lainnya.

Sebagian besar dari penyakit ini, gejalanya ringan,namun pada wanita, hal ini dapat menjadi masalah serius, bila terjadi perdarahan pasca melahirkan atau menstruasi berkepanjangan.




Jenis Hemofilia

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu hemofilia A dan Hemofilia B. Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan factor VII dalam darah, sedangkan hemofilia B disebabkan oleh kekurangan factor IX. Tingkat normal factor VII dan Faktor IX adalah 50-200%. Sedangkan pada orang sehat, nilai rata-rata kedua factor pembeku darah itu adalah 100%.

Berdasarkan kadara factor pembeku darah tersebut dapat dibagi menjadi:

  1. Hemofilia berat, sering terjadi perdarahan tanpa sebab yang jelas ( spontan ), frekuensi perdarahan sering. Mempunyai kadar factor pembeku darah kurang dari 1%.
  2. Hemofilia sedang, frekuensi timbulnya perdarahan tidak sesering Hemofili berat. Mempunyai factor pembeku darah 1-5%
  3. Hemofilia ringan, jarang terjadi perdarahan kecuali jika terjadi luka besar seperti tindakan pencabutan gigi, operasi atau khitan. Mempunyai kadar factor pembeku darah 5-30%

Kadar factor pembeku darah dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.




Pengobatan Hemofilia

Seperti halnya penyakit genetic lain, sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia secara total. Penanganan ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan jika terjadi perdarahan.

Bila terjadi perdarahan, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah RICE yaitu Rest ( istirahatkan anggota tubuh yang mengalami perdarahan ) , Ice ( kompreslah bagian yang terluka dengan es ), Compress ( tekan dan ikat tidak terlalu keras dengan perban elastis ), Elevation ( letakkan bagian yang sakit dalam posisi lebih tinggi dari dada dengan menggunakan bantal ).

Untuk menjaga kadar factor pembeku dalam darah ( VIII & IX ) dan sebagai pencegahan terjadinya perdarahan dapat dilakukan pemberian factor pembeku VIII & IX dalam bentuk suntikan / injeksi. Saat ini pemberian tersebut telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dipakai / digunakan sendiri di rumah ( terapi mandiri ) .

Meskipun sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia tapi dengan pengobatan yang memadai, para penderita dapat hidup dengan baik dan sehat.

Rabu, 07 Juli 2010

PENGOBATAN RASIONAL


PENGOBATAN RASIONAL

oleh : Dr. Evita Setianingrum.

Pengobatan Rasional mensyaratkan bahwa " Pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk jangka waktu yang memadai, dan biaya terendah untuk mereka dan komunitas mereka"


Pengantar

Pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya disertai dengan pelayanan obat yang harus digunakan oleh pasien. Untuk mencapai hasil yang efektif,pelayanan kesehatan harus menggunakan prinsip-prinsip pengobatan yang rasional.


Kriteria Pengobatan Rasional:

  1. Pemilihan obat yang tepat
  2. Indikasi yang tepat : peresepan berdasarkan pertimbangan medis, sesuai dengan diagnosa.
  3. Obat yang tepat,dengan mempertimbangkan khasiat, keamanan, kecocokan dengan pasien dan biaya.
  4. Dosis yang tepat,meliputi cara pakai dan lama pengobatan
  5. Sesuai dengan kondisi pasien,dalam arti tidak ada kontra indikasi dan efek samping minimal.
  6. Pemberian obat dengan benar,termasuk informasi kepada pasien tentang penggunaan obat.
  7. Ketaatan pasien kepada pengobatan


Pemakaian obat yang tidak rasional akan menimbulkan dampak antara lain:

    • Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan (terjadinya resistensi obat,dsb)
    • Dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan
    • Dampak terhadap kemungkinan efek samping obat
    • Dampak psikososial , yaitu adanya ketergantungan pasien terhadap suatu obat atau dokter yang dapat memberikan obat sesuai yang di inginkan pasien.


Faktor-faktor penyebab penggunaan obat yang tidak Rasional:

  • Kelemahan dalam bekal pengetahuan dan ketrampilan mengenai penggunaan obat
  • Rasa ketidak amanan dan ketidakpastian diagnostik maupun prognostik
  • Sistem suplai obat yang tidak efisien
  • Tekanan dan permintaan pasien
  • Keterikatan kerjasama dokter dengan pabrik obat tertentu


Sebagai gambaran kami informasikan penggunaan obat menurut standar WHO :


No

Pemantauan pola peresepan

Standar WHO

1

Antibiotik pada ISPA

15%

2

Pemakaian Kortikosteroid pada ISPA

0%

3

Antibiotik pada Diare

5 – 10 %

4

Penggunaan oralit pada Diare

100%

5

Penggunaan Antibiotik total <>

0%

6

Jumlah jenis obat untuk 1 diagnosa

≤ 3


Informasi di atas mungkin sedikit mengingatkan kita para praktisi kesehatan untuk mereview apakah pola peresepan kita sudah sesuai standar WHO atau belum, yang berarti pula bahwa pola peresepan kita sudah rasional atau belum.

Masalah yang paling mengemuka saat ini terkait dengan pengobatan rasional adalah tentang Penggunaan Antibiotika yang tidak Rasional.

Ini di dasarkan pada kenyataan bahwa :

  • tingginya penggunaan antibiotika untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus ( contoh penggunaan antibiotik pada ISPA atau biasa disebut Commond Cold (dalam bahasa awam Flu )
  • penggunaan antibiotika spektrum luas ( broad-spectrum) secara berlebihan
  • meningkatnya resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotika
  • meningkatnya kejadian efek samping akibat penggunaan antibiotika
  • meningkatnya biaya pelayanan kesehatan secara signifikan,mengingat biaya untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten sangat tinggi dan jauh lebih tinggi daripada biaya untuk penanganan infeksi oleh bakteri yang sensitif terhadap antibiotika.


Dari studi yang dilakukan oleh Bagian Farmakologi FK UGM bekerjasama dengan Pokja Pengelolaan dan Penggunaan Obat ditjen POM, ditemukan berbagai penggunaan antibiotik yang jauh dari ideal. Hampir semua penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) non pneumonia (92-98%), baik dewasa maupun balita mendapatkan paling tidak 1 macam antibiotik, baik di puskesmas maupun praktek swasta. Penggunaan antibiotik pada kasus ISPA mencapai 82-89%. Hal ini menunjukan bahwa antibiotik telah keliru diberikan kepada mereka yang justru tidak memerlukannya.


Bentuk ketidak rasionalan penggunaan antibiotik sebetulnya cukup beragam, mulai dari ketidaktepatan dalam pemilihan jenis antibiotik hingga cara dan lama pemberiannya. Banyak alasan yang dikemukakan terkait dengan penggunaan antibiotik yang sebagian besar dokter praktek swasta hanya memberikan selama 3 hari,alasan yang paling klasik adalah masalah biaya yang dibebankan kepada pasien. Dengan jumlah antibiotik yang banyak, tentu biaya akan bertambah, namun apabila pasien resisten, bukankah biaya yang ditanggung akan lebih besar? sayangnya banyak dokter yang hanya berpikir jangka pendek saja, tidak mau tahu dengan dampak yang ditimbulkannya di kemudian hari.


Strategi untuk meningkatkan mutu penggunaan obat yang rasional :

Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh dalam rangka pengendalian penggunaan obat secara rasional, antara lain melalui pendekatan manajerial, operasional, maupun pendidikan.

  • Upaya manajerial mencakup kebijakan oleh para Stake holder, dalam menentukan sistem penggunaan obat secara rasional,pemantauan,dan memberikan feedback berupa ketidakrasionalan pola peresepan.

  • Pendekatan manajerial operasional yaitu dengan dibuat Standar Pedoman Pengobatan di setiap Pusat layanan Kesehatan,baik Rumahsakit maupun Puskesmas yang harus disepakati dan dilaksanakan olah seluruh praktisi kesehatan.
  • Pendidikan yaitu dengan cara Studi kasus,dengan mendatangkan nara sumber ataupun studi tentang pengobatan terbaru baik di Seminar,Workshop maupun pertemuan ilmiah lainnya.


Kami berikan contoh penerapan strategi untuk meningkatkan maupun menjaga mutu penggunaan obat yang rasional,yang kami sebut sebagai Pengawasan Pengobatan Rasional dengan sistem Monitoring,Training, Planning.(selanjutnya disebut kegiatan MTP)

Strategi ini sudah dilaksanakan di dinas kesehatan sleman sejak tahun 2003, dan sampai saat ini masih berlanjut.

Kegiatan ini dilaksanakan 1 bulan sekali,biasanya pada akhir bulan,dengan asumsi pada setiap akhir bulan kita sudah bisa melihat trend pola peresepan pada bulan berjalan.

Caranya adalah :

  1. MONITORING yaitu kita melihat resep yang dibuat pada bulan yang akan kita nilai misalnya januari,kemudian dari pola peresepan tersebut,kita angkat 1 topik permasalahan yang menonjol,misalnya penggunaan Antibiotik pada ISPA
  2. kita ambil sample resep dengan diagnosa ISPA,kemudian kita hitung dari seluruh resep yang menggunakan antibiotik ada berapa persen.
  3. TRAINING yaitu kita sosialisasikan temuan ini kepada teman sejawat dalam forum diskusi kelompok,dan kita bahas bersama tentunya dengan mengacu pada referensi yang ada,sekaligus kita sosialisasikan acuan atau pedoman pengobatan yang sudah baku ,terbaru dan berdasarkan Evidence base,
  4. PLANNING yaitu kita buat kesepakatan untuk target pencapaian pada bulan berikutnya,yang tentunya menuju perbaikan,dan kesepakatan waktu diskusi kelompok pada bulan berikutnya.
  5. Akhir bulan berikutnya,yaitu Februari,kita kembali menilai pola peresepan dengan topik yang sama sebagai evaluasi dari hasil kesepakatan sebelumnya,apakah trend nya meningkat atau menurun.
  6. Kita lakukan diskusi lagi,dan kesepakatan lagi.Untuk 1 topik kita lakukan 3 kali pertemuan atau 3 siklus dan tidak lebih untuk menghindarkan kejenuhan.
  7. Setelah 3 siklus kita angkat topik yang lain.begitu seterusnya,secara terus menerus dan berkesinambungan kita melakukan pengawasan terhadap pola peresepan ini,karena pada dasarnya,manusia akan mudah lupa dan lalai apabila tidak di ingatkan secara terus menerus.

Saya berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman sejawat untuk mereview apakah pola peresepan kita selama ini sudah rasional,mungkin hal yang sangat sepele yang kita bahas disini,namun akan sangat berguna bagi dunia kesehatan di negara kita.



Salam ...........

(Dr. Evita Setianingrum)


Rabu, 09 Juni 2010

KENCING MANIS (DIABETES MELITUS)


Definisi.
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus (DM) atau Kencing Manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik kadar gula darah yang tinggi (Hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan produksi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.


Penyebab.
Ada 4 (empat) jenis DM dilihat dari factor penyebabnya :

  1. Tipe I : DM yang disebabkan karena kerusakan sel Beta Pankreas (penghasil insulin), atau kelenjar pancreas tidak mampu memproduksi insulin sehingga tubuh tidak mampu secara absolut merubah gula menjadi energi. Tipe ini bisa disebabkan karena factor bawaan atau oleh sebab yang belum diketahui.
  2. Tipe II : disebabkan karena gangguan kerja hormone insulin atau kurangnya produksi insulin dalam tubuh, sehingga kemampuan tubuh mengubah gula menjadi energi berkurang. Tipe ini sering ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun karena factor penuaan (degeneratif).
  3. Tipe lain : Penyebabnya karena : Karena Obat atau zat kimia, karena Infeksi , Sindrom Genetik lain yang berkaitan dengan DM
  4. Diabetes Melitus Gestasional : Diabetes yang terjadi pada kehamilan.

Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat mengidap penyakit DM antara lain :
• Faktor Resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
  1. Riwayat keluarga dengan diabetes ( anak penyandang Diabetes ).
  2. Umur Usia ≥ 45 th harus dilakukan pemeriksaan Kadar Gula Darah secara berkala.
  3. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi ≥ 4000 gram atau Riwayat pernah menderita DM pada kehamilan ( DM Gestasional ).
  4. Riwayat lahir dengan berat badan rendah,kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB Normal.

• Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
  1. Berat badan Lebih.
  2. Kurangnya aktivitas fisik.
  3. Hipertensi ( ≥ 140/90 mmHg ).
  4. Diet yang tidak sehat,yaitu Diet dengan tinggi Gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko DM tipe 2.

Gejala
a. Gejala Klasik DM :
- Banyak kencing terutama pada malam hari (frekwensi bs 10 x dlm semalam ).
- Banyak makan (merasa selalu lapar).
- Banyak Minum (selalu merasa haus).
- Penurunan berat badan drastis yang tidak bisa dijelaskan sebabnya.

b. Keluhan lain :
- Lemah badan.
- Kesemutan.
- Mata kabur.
- Disfungsi ereksi pada pria.
- Gatal-gatal pada daerah kemaluan atau keputihan pada wanita.


Diagnosa
Apabila ditemukan gejala klasik diatas untuk menegakkan dignosa DM dapat dilakukan dengan cara :

a. Pemeriksaan Gula Darah sewaktu: Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sesaat pada suatu hari tanpa memperhitungkan waktu makan terakhir Apabila hasil test gula darah sewaktu ≥ 200mg/dl (lebih dari) besar kemungkinan penderita mengidap DM.

b. Pemeriksaan Gula Darah Puasa : Pemeriksaan gula darah yang dilakukan ketika pasien dalam keadaan puasa atau tidak mendapatkan asupan kalori min 8 jam sebelum test dilakukan. Apabila hasil test gula darah ≥126mg/dl besar kemungkinan penderita mengidap DM.

Pemeriksaan dapat menggunakan alat test gula darah digital yang bisa dilakukan secara mandiri. Alat ini juga mudah didapatkan di apotik atau toko alat-alat kesehatan. Namun juga disarankan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa yang memadai.


Penatalaksanaan DM
Ada 4 hal penting dalam penatalaksanaan DM yaitu:

1. Edukasi atau Penjelasan tentang penyakit DM dan perubahan Gaya hidup,karena DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola dan perilaku telah mapan, yaitu asupan kalori yang berlebih dan tidak diimbangi dengan latihan fisik yang cukup.Sehingga perlu diberikan motivasi kepada penderita maupun keluarga untuk menjalani pola hidup sehat,antara lain:
  • Mengikuti pola makan sehat.
  • Meningkatkan kegiatan jasmani.
  • Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur sesuai anjuran dokter.
  • Melakukan Pemantauan Gula Darah Mandiri secara berkala.
  • Melakukan perawatan kaki secara berkala.
  • Mempunyai ketrampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes.
  • Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2. Terapi Gizi Medis Yaitu pengaturan asupan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.Pada penderita DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,jenis dan jumlah makanan,terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun gula darah atau insulin.Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.Bagi penderita DM sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi untuk dapat mengetahui kalori yang dibutuhkan,karena hal ini berbeda untuk tiap individu,bergantung pada factor jenis kelamin,umur,aktivitas,berat badan dll

3. Latihan Jasmani Kegiatan Jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit ) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe II. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan ke pasar,menggunakan tangga,berkebun harus tetap dilakukan.Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,sehingga akan memperbaiki kendali gula darah.Latihan jasmani yang dianjurkan antara lain jalan kaki,bersepeda santai,jogging,dan berenang.Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.Untuk mereka yang relative sehat,intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindari kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

4. Obat untuk menurunkan Gula Darah Ada banyak jenis obat untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi,namun pada prinsipnya obat ini berfungsi untuk mempertahankan Gula Darah dalam kisaran nilai Normal,yaitu Gula darah Puasa 100 -125 mg/dl atau Gula darah 2 jam setelah makan 145-179mg/dl

Keempat hal diatas merupakan pilar pengelolaan DM yang harus dilaksanakan secara bersamaan,untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.

Tujuan dari Penatalaksanaan ini adalah :
• Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM ,mempertahankan rasa nyaman,dan tercapainya target pengendalian gula darah.
• Jangka panjang : Mencegah Komplikasi atau Penyulit DM yang berupa gangguan pembuluh darah jantung,gangguan penglihatan,gangguan pembuluh darah otak (Stroke)Gagal ginjal,dan terjadinya Luka menahun pada kaki penderita DM yang dapat mengakibatkan Amputasi.



(2010 Dr. Evita Setianingrum dari berbagai sumber referensi)

Minggu, 06 Juni 2010

DEMAM


Demam

Definisi
Demam adalah salah satu reaksi tubuh terhadap adanya infeksi. Kisaran suhu normal adalah sekitar 370C (derajat celcius). Jika suhu yang diukur lewat dubur lebih tinggi dari 38,0 derajat celcius, maka dianggap demam. Pada keadaan normal, suhu tubuh cenderung paling tinggi pada pukul 4 sore dan paling rendah pada pukul 4 pagi. Pada bayi di bawah usia 1 tahun, peningkatan suhu yang hanya sedikit saja bisa menandakan adanya infeksi. Pada bayi yang baru dilahirkan, suhu tubuh yang lebih rendah dari normal mungkin juga menunjukkan adanya penyakit yang serius.

Gejala
Tergantung dari apa yang menyebabkan demam, gejala yang sering menyertai demam antara lain:

  1. Berkeringat
  2. Menggigil
  3. Sakit kepala
  4. Nyeri otot
  5. Nafsu makan menurun
  6. Lemas
  7. Dehidrasi

Demam yang sangat tinggi, lebih dari 39,0 derajat celcius, dapat menyebabkan:

  1. Halusinasi
  2. Kejang
Pemeriksaan
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer. Ada beberapa macam termometer tergantung penggunaannya. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu melalui liang telinga berbeda dengan termometer yang digunakan untuk mengukur suhu melalui dubur maupun melalui mulut. Skala yang digunakan juga berbeda-beda. Yang lebih sering digunakan adalah termometer dengan skala digital. Termometer yang menggunakan raksa sudah mulai ditinggalkan karena potensi bahaya yang bisa timbul jika termometer pecah dan raksa mengalir keluar. Amat sangat tidak dianjurkan untuk mengukur suhu tubuh hanya dengan menempelkan telapak tangan atau punggung tangan di dahi atau pipi.

Ada 3 cara untuk mengukur suhu tubuh, yaitu: melalui dubur, mulut dan di bawah ketiak. Yang perlu diingat adalah suhu yang diukur melalui dubur lebih tinggi 0,5 derajat celcius dibandingkan suhu yang diukur melalui mulut. Suhu yang diukur di bawah ketiak lebih rendah 0,5 derajat celcius dibandingkan suhu yang diukur melalui mulut. Cara yang mana saja dapat digunakan sesuai situasi dan kondisi yang mungkin. Yang penting saat berkonsultasi dengan dokter jangan lupa disebutkan bagaimana cara mengukur suhu tubuhnya.

Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh melalui dubur (untuk bayi):

  1. beri jeli atau pelumas pada ujung termometer
  2. baringkan bayi dalam posisi tengkurap
  3. masukkan ujung termometer ke dalam dubur bayi kurang lebih sedalam 3,5 cm
  4. diamkan selama 3 menit, bayi tetap dalam posisi tengkurap
  5. keluarkan termometer dari dubur bayi dan bacalah hasilnya

Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh melalui mulut:

  1. letakkan ujung termometer di bawah lidah
  2. tutup mulut selama 3 menit
  3. keluarkan termometer dari mulut dan bacalah hasilnya

Langkah-langkah untuk mengukur suhu tubuh di bawah ketiak:

  1. letakkan termometer di bawah ketiak dengan posisi lengan ke arah bawah
  2. silangkan lengan di depan dada
  3. tunggu sekitar 5 menit
  4. keluarkan dan baca hasilnya

Pengobatan
Jika setelah diukur dengan termometer terbukti demam, maka Anda dapat melakukan beberapa hal, tergantung suhu yang terukur, yaitu:

  1. Jika suhu tubuh tidak lebih dari 38,9 derajat celcius maka tidak perlu diberikan obat penurun demam
  2. Jika suhu tubuh melebihi 38,9 derajat celcius, maka dapat digunakan obat penurun demam seperti acetaminofen atau paracetamol, dengan dosis 10-15 mg/kg berat badan/kali
  3. Jangan berikan aspirin pada anak-anak karena dapat menyebabkan efek samping yang dapat menyebabkan kematian

Yang perlu diperhatikan lagi adalah kebutuhan cairan. Demam meningkatkan kebutuhan akan cairan. Setiap kenaikan suhu tubuh sebesar 1 derajat celcius, maka kebutuhan cairan meningkat sebanyak 12,5%. Oleh karena itu, orang yang demam tidak boleh kekurangan cairan sehingga disarankan untuk banyak minum.
Pada kasus-kasus seperti di bawah ini sangat dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter, yaitu:

  1. bayi berusia kurang dari 3 bulan dengan suhu dubur sama dengan atau lebih dari 38 derajat celcius
  2. bayi berusia lebih dari 3 bulan dengan suhu dubur sama dengan atau lebih dari 38,9 derajat celcius
  3. bayi yang baru dilahirkan dengan suhu dubur kurang dari 38,1 derajat celcius
  4. anak berusia kurang dari 2 tahun dengan demam lebih dari 1 hari
  5. anak berusia 2 tahun atau lebih dengan demam lebih dari 3 hari
  6. orang dewasa dengan suhu dubur lebih dari 39,4 derajat celcius atau demam lebih dari 3 hari
  7. jika demam disertai gejala-gejala seperti: sakit kepala berat, pembengkakan hebat pada tenggorokan, ruam kulit, mata menjadi sensitif terhadap cahaya terang
  8. kaku pada leher dan nyeri saat kepala ditundukkan
  9. gangguan kesadaran
  10. muntah yang terus menerus
  11. sulit bernapas atau nyeri dada
  12. nyeri perut atau nyeri saat buang air kecil


Sumber : http://www.klikdokter.com/p3k/detail/5

SAKIT KEPALA

Sakit Kepala

Definisi

Sakit kepala atau headache atau sefalgia sering menjadi keluhan seseorang berobat ke dokter. Sakit kepala, seperti nyeri dada atau nyeri punggung, mempunyai berbagai macam penyebab.


Penyebab

Sakit kepala dibagi 2, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan penyakit lain. Contohnya adalah sakit kepala tipe tensión, migren atau cluster. Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh penyakit lain. Contohnya adalah infeksi virus, adanya pendesakan di dalam tengkorak oleh tumor, cairan otak, darah, dan kematian jaringan otak serta stroke.


Gejala
Sakit kepala tipe tension adalah jenis sakit kepala primer yang paling sering. Diperkirakan sekitar 90% orang usia dewasa mempunyai penyakit ini dan lebih banyak menyerang wanita dibanding pria. Sakit kepala tipe tensión diakibatkan oleh gangguan otot-otot dan jaringan ikat di sekitar kepala dan leher. Biasanya mengenai daerah dahi hingga bagian belakang kepala. Adanya gangguan pada otot-otot tersebut akan menimbulkan nyeri yang disebut contraction pain. Kejadian tipe tension ini dikaitkan dengan faktor stres. Menurut International Headache Society (IHS), tipe tension dapat didiagnosis jika terdapat dua dari kriteria berikut:

  • Gejala seperti ditekan dan diikat (tidak berdenyut)
  • Lokasi dari belakang kepala hingga dahi
  • Gejala pada kedua sisi dengan gejala ringan hingga sedang
  • Tidak dipengaruhi oleh aktivitas tertentu

Pasien dengan tipe tension ini memiliki riwayat keluhan selama 3 menit hingga 7 hari, tidak ada mual atau muntah, fotofobia (takut cahaya), gejala timbul saat stres atau khawatir, insomnia (sulit tidur), sulit konsentrasi dan tidak ada gejala awal.

Sakit kepala tipe migren adalah penyebab kedua terbanyak sakit kepala primer. Diperkirakan sekitar 28 juta penduduk AS mempunyai penyakit ini. Sakit kepala tipe migren menyerang anak-anak maupun dewasa. Sebelum pubertas, angka kejadian antara wanita dan pria sama, namun setelah pubertas, penyakit ini lebih menyerang wanita dibanding pria.
Gejalanya antara lain:

  • Nyeri derajat sedang atau berat, pada 1 sisi kepala ataupun di kedua sisi kepala
  • Diperparah oleh aktivitas fisik
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Mual dengan atau tanpa muntah

Jika tidak diobati, sakit kepala tipe migren dapat bertahan selama 4 sampai 72 jam, tapi frekuensi terjadinya berbeda-beda antar individu. Dapat terjadi beberapa kali serangan migren dalam satu bulan, namun dapat terjadi pula hanya satu adau dua kali serangan selama satu tahun.
Sakit kepala tipe cluster masih diperdebatkan mekanisme terjadinya. Ada teori yang menyatakan faktor hormonal berperan dalam timbulnya sakit kepala ini. Faktor imunologi, pembuluh darah, kurang oksigen dan karbondioksida diduga berperan juga namun masih kontroversial. Seseorang dengan sakit kepala tipe ini mengalami keluhan 5-180 menit, 1 – 8 kali sehari. Tidak ada aura (perasaan tidak enak badan sebelumnya). Gejala yang dirasakan yaitu:

  • Nyeri yang jauh lebih hebat dari tipe tension

Mengenai daerah wajah terutama sekitar mata, seringkali di saat akan tidur. Gejala dipengaruhi stres, relaksasi, suhu yang tinggi dan aktivitas seksual. Selain itu, gejala dapat dipengaruhi makanan, alkohol dan rokok.

  • Pasien akan gelisah, meronta-ronta dan terkadang membenturkan kepalanya ke benda keras.
  • Timbul gejala lain seperti:
    • Hidung tersumbat sebelah
    • Keluar air mata
    • Mata kemerahan
    • Kelopak mata bengkak
    • Denyut jantung meningkat

Pengobatan
Hal yang dapat dilakukan jika mengalami sakit kepala adalah:

    • Istirahat
    • Hindari stres dan faktor-faktor lain yang dapat memperberat nyeri kepala
    • Minum obat sakit kepala yang dijual bebas
    • Jika keluhan tidak berkurang segera hubungi dokter

Keluhan sakit kepala ringan biasanya akan reda dengan obat-obat sakit kepala yang dijual bebas yang sudah mengandung penghilang rasa nyeri, seperti mengandung paracetamol ataupun asam mefenamat. Jika nyeri terus berlanjut, maka ada kemungkinan keluhan bukan sakit kepala biasa dan perlu konsultasi dengan dokter. Begitu pula, keluhan sakit kepala yang berulang dan semakin berat ataupun semakin sering sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Untuk tipe cluster, penderita sebaiknya rutin memeriksakan diri karena sakit kepala tipe cluster ini akan selalu menjadi masalah dengan sering kambuhnya keluhan. Selain itu, tipe cluster seringkali dikaitkan dengan kelainan-kelainan di otak seperti adanya tumor ataupun adanya tumor di luar otak seperti di paru dan saluran napas. Penanganan yang baik akan mengurangi kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup penderita.


Sumber : http://www.klikdokter.com/p3k/detail/12.